Selasa, 10 Februari 2015

TRADISI BAU NYALE, WISATA BUDAYA YANG PATUT DIIKUTI


Berbicara pulau ini, tak akan habis untuk dikupas dalam satu dua artikel karena pulau ini memiliki keunikan tersendiri bagi
Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab itu, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh suku Sasak sampai sekarang. Bau Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok Timur seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru. Selain itu, juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya. Saat melakukan tradisi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai hiburan pendamping.
Bau Nyale selalu dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara turun temurun. Sayangnya, kapan kepastian waktu dimulainya tradisi ini masih belum diketahui. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale mulai dikenal masyarakat dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai dengan namanya, tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.
Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini termasuk dalam filum Annelida. Nyale hidup di dalam lubang-lubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.
Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan kebudayaan setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan jelmaan Putri Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekerinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya. Ia sangat bingung. Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut akan terjadi peperangan. Putri yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena ia tidak mau rakyat menjadi korban.
Oleh sebab itulah, putri pub lebih memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna-warni. Oleh sebab itu, masyarakat di sini percaya bahwa nyale tidak hanya sekedar cacing laut biasa tetapi merupakan makhluk yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya. Masyarakat di sini meghormati dan percaya bahwa orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan. Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian mereka lebih subur dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Selain itu, nyale juga digunakan untuk lauk pauk, obat dan keperluan lain yang bersifat magis sesuai kepercayaan masing-masing.
Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan dua kali setahun. Tradisi ini dilakukan beberapa hari sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan 20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Biasanya tanggal tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan cacing nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale dari laut dan waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga masih dibagi lagi menjadi jelo pemboyak dan jelo tumpah. Bulan keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh sedangkan nyale poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat menangkap nyale biasanya saat menjelang subuh. Pada saat tersebut, nyale berenang ke permukaan laut. Saat itulah masyarakat menangkap nyale-nyale tersebut.
Artikel lengkap bisa dikunjungi di:


Minggu, 01 Februari 2015

Sistem Ekonomi Sebagai Suatu Perbandingan dan Pembagiannya



Di era super modern ini, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara di berbagai belahan dunia ditandai dengan suatu tolak ukur yang mengarah kepada kemajuan di berbagai aspek kehidupan terutama dalam segi pembangunan, baik itu fisik (infrastruktur, sarana-prasarana) maupun non fisik (pembangunan SDM yang berkualitas). Jika disimpulkan dengan faktor yang lain kiranya suatu sistem ekonomilah faktor penentu dari berbagai kemajuan tersebut karena diketahui bahwa sistem ekonomi merupakan hal yang sangat urgent dalam suatu negara dan akan berbeda-beda pula dalam negara yang satu dengan yang lain.
Menuru Gregory Grossman (Rahardja & Manurung, 2002;464) sistem ekonomi adalah sekumpulan komponen yang tersusun atas berbagai unit atau lembaga-lembaga ekonomi yang saling berhubungan (saling menopang, mendukung, dan saling mempengaruhi) antara yang satu dengan lainnya. Adanya realita saling membutuhkan dan saling mempengaruhi ini memang tak terlepas dari istilah ekonomi yang dikenal dengan “Ekonomi Sosial.
Adanya realita saling berkoordinasi unit yang satu dengan yang lainnya tersebut akan membutuhkan beberapa aspek aspek penting yang harus ada dalam suatu sistem ekonomi. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut;
a)        Komponen yang terdiri atas unit, pelaku, dan institusi; Komponen ini merupakan aspek dasar yang sangat penting dalam proses berjalannya sistem ekonomi, komponen ini antara lain berasal dari para agen (pengusaha, konsumen, pekerja, investor, dan perencana) dan lembaga/institusi ekonomi yang memiliki fungsi mengatur individu maupun agen ekonomi tersebut.
b)        Saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya, keterkaitan ini bisa dilihat dari adanya hubungan timbal balik pengusaha dengan terhadap aspek rumah tangga yang notabenenya sebagai konsumen.
c)        Memiliki fungsi koordinasi, aspek ini merupakan komponen yang bisa dibilang penting juga dalam mengendalikan dan berkoordinasi dengan unit-unit lain. Salah satu tujuan utama dari adanya fungsi koordinasi ini adalah untuk mencapai keselarasan tindakan antar elemen dalam sebuah sistem, sehingga transpransi informasi dan obyektiftifitas sangat diperlukan.
Klasifikasi/Pembagian Sistem Ekonomi
Dalam implementasinya, sistem ekonomi terbagi menjadi beberapa bagian penting seperti misalnya berdasarkan mekanisme koordinasinya, berdasarkan hak kepemilikan, dan sistem ekonomi yang yang tidak berdasarkan dari mekanisme koordinasi dan penekanan hak kepemilikan. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasannya;
a)        Berdasarkan Mekanisme Koordinasi,
Dalam elemen ini terdapat tiga bentuk sistem ekonomi yang termasuk dalam kategori mekanisme koordinasi, elemen tersebut antara lain;
               i.          Sistem Ekonomi Tradisional. Ciri-ciri dari sistem ekonomi ini adalah adanya kegiatan sangat terbatas, tidak adanya pemisah yang tegas antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi sehingga bisa dianggap masih dalam satu kesatuan, masih menggunakan peralatan yang sangat terbatas, dan bentuk masyarakatnya yang sangat  statis karena disebabkan oleh tidak adanya hubungan dengan dunia luar.
             ii.          Sistem Ekonomi Komando. Ciri-ciri sistem ini adalah adanya campur tangan pemerintah dalam proses pengaturannya, tidak adanya kebebasan setiap unit/lembaga ekonomi dalam menjalankan usahanya, dalam proses kegiatan ekonominya jarang dan bahkan tidak sama sekali melibatkan masyarakat/swasta.
           iii.          Sistem Ekonomi Liberal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: adanya pengakuan terhadap hak milik perorangan, kegiatan yang dilakukan bersifat profit oriented, proses produksi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, adanya pengakuan terhadapa kekebasan masyarakat dalam melakukan inovasi dan improvisasi terhadap suatu produk, peran serta pemerintah terbatas, dan setiap individu bebas memilih pekerjaannya.
b)        Berdasarkan Hak Kepemilikan,
Dalam elemen ini terdapat dua bentuk sistem ekonomi yang termasuk dalam kategori hak kepemilikan, elemen tersebut antara lain;
               i.          Sistem Ekonomi Sosial. Ciri-ciri sistem ini adalah adanya ketidakpercayaan unit ekonomi terhadap mekanisme pasar dan variasi ideologi sosialisme yang sangat beragam.
             ii.          Sistem Ekonomi Kapitalis. Ciri-ciri sistem ini adalah adanya kepemilikan pihak swasta terhadap berbagai sektor-sektor produksi, adanya kompetisi yang bebaas, adanya pembatasan kebebasan individu oleh peraturan pemerintah.
c)        Sistem Ekonomi yang Tidak Berdasarkan Kedua Unsur diatas
Dalam elemen yang bukan dari golongan dari kedua unsur diatas ini adalah sistem ekonomi campuran, dimana sistem ini memiliki ciri-ciri adanaya peran pemerintah sebagai pengendali pasar dan mekanisme harga dan pasar bebas yang dianut oleh sistem ekonomi pasar bebas dapat berdampingan dengan adanya perencanaan dari pusat.

Daftar Pustaka;
Rahardja, Pratama & Mandala Manurung. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sukwiaty, Sudirman & Drs. Slamet S. 2006. Ekonomi 1. Jakarta: Yudhistira.
Wachid, R. Djoerban. 1978. Pelajaran Ekonom