Selasa, 02 September 2014

Trust, Kunci dalam Hubungan




Dalam sebuah bukunya yang berjudul “Trust” Robert Fukuyama berpesan kepada kita semua  untuk senantiasa saling menjaga kepercayaan, dalam bukunya tersebut ia menceritakan kondisi masyarakat yang berada di kota-kota besar seperti jepang, USA, Inggris, Jerman, dan China yang selalu menomersatukan rasa saling percaya dalam berbagai implementasi kehidupan. Bahkan kemajuan yang didapat saat ini diperoleh dari hal menjaga kepercayaan tersebut.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari tentunya kita selalu membutuhkan orang lain (Zoon Politicon), dalam setiap langkah tersebut tentunya ada sebuah hubungan horizontal dari manusia yang satu dengan yang lain. Tidak salah jika orang-orang yang karirnya bagus pasti memiliki kemampuan yang bagus dalam hal menjaga hubungan dengan orang lain. Pertanyaannya apa rahasia orang-orang tersebut  sampai dapat menjaga hubungan sedenikian kuat?

Dalam setiap hubungan, menjaga kesepakatan adalah hal yang paling mendasar. Kita selalu membuat kesepakatan dengan orang lain entah itu formal atau informal, entah itu dalam bentuk janji yang kita ucapkan lewan mulut atau kita tandatangani secara tertulis. Apapun kesepakatan yang kita buat, kita perlu menjaganya jika kita perlukan adalah hubungan yang langgeng.

Ada sebuah kisah menarik yang diceritakan oleh professor antropologi ternama Negara ini, siapa lagi kalau bukan Koentjaraningrat. Cerita ini memang kisah nyata obrolan beliau dengan para ilmuan ketika beliau mengikuti kongres tahunan di luar negeri. Dalam penuturannya tersebut beliau mengungkapkan bahwa orang-orang jepak sebenaranya mudah sekali memberikan kepercayaanya kepada warga Negara Indonesia, namun orang Indonesia banyak yang lemah dalam hal moral!. Sehingga kalau dikaji kembali makna moral ini berbeda sekali dengan persepsi maasyarakat Indonesia sendiri. Orang Jepang itu menilai moral tersebut sebagai unsure-unsur yang mengandung makna (a). bertanggung jawab sampai sejauh-jauhnya kalu perlu dengan mengorbankan diri sendiri, terhadap apa yang telah disanggupi; (b) loyalitet mutlak terhadap kesatuan social yang sudah dipilih untuk diikuti.

Kalau menanggapi makna penuturan koentjaraningrat tersebut dengan serius, maka hal itu tak lain artinya bahwa orang Jepang itu sangat menilai tinggi kedua sifat kemanusiaan tadi. Lalu bagaimana jawaban pertanyaan yang tadi? Untuk itu marilah kita sejenak meluangkan waktu untuk membaca cara-cara bagaimana menjaga sebuah hubungan itu menjadi langgeng. Berikut beberapa tips yang dimaksud;
a.    Jangan main-main, Jika anda telah menyepakati sebuah perjanjian atau membuat kesepakatan dengan orang lain (baik janji yang diungkapkan langsung dari mulut, perjanjian tertlis, ataupun apapun bentuknya) peganglah dengan penuh tanggung jawab, jangan main-main ataupun setengah hati dalam melaksankannya. Ajaran agama manapun mengajarkan kita untuk menepati janji, bahkan saking pentingnya sebuah janji, agama islam menganalogikan janji itu sebuah hutang dimana hutang itu harus dibayarkan. Untuk itu ketika anda sudah berjanji dengan orang lain maka peganglah dan lakukanlah semaksimalmungkin apapun bentuk resikonya.
b.      Ingatlah apa yang anda sepakati, kebanyakan kita terkadang seringkali melupakan janji yang telah diperbuat, untuk itu catalah janji-janji tersebut dalam perangkat lunak anda seperti; HP, Diari, Ipod, dll. Namun yang perlu diingat dalam kehidupan sehari-hari adalah kebanyakan kita mudah mengatakan ‘ya” pada tawaran atau ajakan orang lain. Mengatakan “ya” secara sembarangan justru akan merusak hubungan anda. Kerusakan tersebut akan terjadi jika dalam suatu keempatan  anda mengatakan ‘ya” namun dalam realitasnya anda tidak memenuhinya. Intinya katakana tidak jika anda tidak mampu menepati janji tersebut.
c.       Ukurlah kemampuan anda. Jangan terlalu banyak membuat kesepakatan dengan orang lain, karena dikhaawatirkan anda tidak mampu memenuhi kesepakatan tersebut. Sangat bersyukur sekali jikalau kesepakatan tersebut anda mampu memenuhi semuanya.
d.      Renegosiasi

Sumber; tulisan ini diambil dari buku ‘Berkarier di Era Global’ karangan AN Ubaedy dan buku ‘Kebudayaan Mentalitet dan Pembangungan’ karangan Koentjaraningrat.

Admin menyadari diri bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam pengutipan buku ini, oleh sebab itu jika reader mengetahui letak kesalahan dan kekurangan ini silahkan dikomentari dan perbaiki bila ada yang ingin menambahkan. Bagi kawan-kawan yang menyebarkan tuisan ini, jangan lupa menampilkan sumber link admin. Trims dan salam Blogger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar