Senin, 06 Juli 2015

Dilema Ramadhan 1436 di Tanah Rantau

Beberapa waktu terakhir rutinitas seperti ini akan terus terjadi dan berjalan seperti biasanya, mengkhusyukkan diri kepada Tuhan, mengerjakan amalan sholeh hingga melakukan berbagai hal-hal positif lainnya.

Bulan Ramadhan memang momentum tepat untuk melaksanakan hal-hal positif, beberapa kali menghadapi ramadhan tingkat kesulitan dan pengalaman yang gue hadapi memiliki karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.  Ramadhan 1436 H adalah Ramadhan ke 5 gue di tanah rantau Jakarta, ramadhan tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang pernah gue jalanin (maklum anak kost, hidupnya selalu agak bergantung ke orang lain. Hehehe)

Ramadhan sebelum-sebelumnya ane bisa pulang kampung namun untuk saat ini niatan tersebut harus diurungkan terlebih dahulu, padahal beberapa pilihan mudik gratis bisa menjadi alternatif untuk bertemu dan ngumpul bareng bersama keluarga di kampung halaman. Niatan tersebut harus diurungkan karena berbagai faktor salah satunya skrispi, cari kerja dan ingin merasakan nuansa baru di tanah rantau ini ( Y y y sekalian itung-itungan belajar jadi bang Toyib. Hehehe)

Keputusan ini memang beriringan dengan tingkat resiko yang dihadapi, salah satunya adalah mengenai logistik saat berpuasa, bagi anak kost (mungkin gue doang kali ye..) makan 2x sehari (Red: berbuka dan sahur) itu sangat luar biasa dan fuantastis loh, kenapa demikian? Maklum kadang-kadang aktifitas dua-duanya (Red; sahur-berbuka) bisa terjamin setiap harinya, terkadang bisa sahur/buka puasa doang, bahkan yang paling menyedihkan adalah saat berbuka puasa dengan segelas air dan PROMAAG. Kedua, tantangan terberat saat puasa tahun ini adalah ditinggal pergi alias pindah sama temen-temen kost (Mirrriss bro!!!, kurang apalagi derita gue. Mewek aja dech, hik hik hik) padahal rasanya udah betah banget dengan lingkungan kontrakan yang di satpamin Om Borjoe ini.

Alasan utama temen-temen kosan pada pindah sih "ga kuat bayar dan mau pulang kampung" (Alasan klasik bro, jadi nikmati dan cari solusi aja friend) namun usut punya usut ternyata temen kosan ini pindah untuk tinggal bareng bertiga, bukan berempat lagi dan ternyata dibelakang semua ini adalah akibat kesalahan fatal terhadap senior (mungkin karena gue pinter dan punya potensi buat nyaingin dia kali ye. Hhehe "Allahu a'lamu bisshowab") aja, dan terkadang disitulah aq menjadi sedih.

Mengutip beberapa kata penggugah hati dari abang Ancetz menyebutkan "Didunia ini kemungkinan saya untuk meninggalkanmu tidak ada, justru yang paling besar itu adalah kamu akan ditinggalkan" dan jika dikaitkan dengan tantangan kedua memang terjadi juga di kehidupanku. Semngat n #SaveFizi

Namun begitulah hidup kadang diatas kadangpula dibawah, intinya selalu mensyukuri berbagai nikmat rezki atau setiap permsalahan yang dihadapi, "Ga boleh ngeluH"





Tidak ada komentar:

Posting Komentar