Konsep dasar Humanisme adalah memanusiakan manusia, yaitu memaknai sebuah perbedaan menjadi suatu keindahan yang hakiki, apalagi bangsa ini terdiri dari beragam suku, etnis, agama, budaya, dan masih banyak lainnya tergabung menjadi satu, yaitu NKRI. Disamping itu juga dalam sebuah perbedaan itu terdapat suatu keunikan yaitu adanya rasa saling membutuhkan, satu sama lain dan saling memahami keyakinan kita, dan hari ini terbukti dalam kegiatan forum peningkatan kerukunan antar umat beragama dan disatukan dalam Indonesia.
Lebih lanjut lagi pemateri memaparkan beberapa landasan dasar tentang Humanisme dari beberapa Agama yang diakui oleh negara kita, untuk lebih jelasnya bisa diperhatikan dibwah ini;
1. Islam, “Tidak ada salah satu dari Anda adalah percaya sampai ia menginginkan untuk saudaranya apa yang ia inginkan untuk dirinya sendiri”.
2. Hindu, “Ini adalah jumlah tugas; lakukan sia-sia ke orang lain apa yang Anda tidak ingin mereka lakukan kepadamu”. (Mahabharata 5,1517)
3. Kristen, “Semua hal apapun kau ingin orang harus lakukan untuk Anda, lakukan kamu begitu mereka; untuk ini adalah hukum dan para nabi. (Matius 7: 1)”
4. Konghucu, “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang Anda tidak ingin sendiri. Maka tidak akan ada kebencian terhadap Anda, baik dalam keluarga maupun di negara (Analects 12:2)”
5. Budha, “Menyakiti orang lain tidak dengan cara yang Anda sendiri akan menemukan menyakitkan. (Udana-Varga 5,1)”
6. Katolik, “Apa yang benci kepada Anda, jangan lakukan untuk sesama Anda. Ini adalah seluruh Hukum; sisanya adalah komentar. (Talmud, Shabbat 3id)”
Dalam diskusi yang berlangsung selama satu jam tersebut, para peserta kegiatan sangat antusias mengikuti pemaparan materi yang terkait dengan “membangun sisi karakter humanisme beragama” hal ini terlihat dari wajah antusiasme peserta pada saat mengajukan pertanyaan. Berikut beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
1. Sutrisna (HMI Jakarta Raya)
Diawal mengatakan bahwa konghucu dibela oleh muslim, namun kondisi ini kontradiktif dengan apa yang saya liat ketika beberapa tahun yang lalu tinggal di Belitung yang notabennya banyak keturunan Tionghoa, lalu selama ini apa kontribusi penganut agama Konghucu terhadap agama lain?
Jawab;
Terima kasih masukannya saudara Sutrisna, ini memang luar biasa pertanyaannya karena terkait dengan kehidupan sehari-hari kami, baiklah saya akui memang benar apa yang anda lihat itu, dan dari beberapa tahun kedepan ini kami selalu berusaha berbuat baik bagi masyarakat sekitar, misalnya mengundang tokoh-tokoh agama seperti muslim berbuka puasa, dan lain sebagainya. Bahkan sahur bareng pun pernah, dan untuk kedepannya toleransi ini tetap menjadi prioritas untuk menjadi Indonesia yang kuat. Sedangkan dari beberapa acara yang pernah kami lakukan dengan
tokoh-tokoh antar umat beragama adalah melakukan “Dialog Antar Agama PBNUPeduli Lingkungan HidupBersama Prince Charles”, The Fifth Annual Regional Interfaith Dialogue, Refleksi Akhir Tahun 2011 PBNU, dan lain sebagainya.
2. Kholik Ferdiansyah (BKM UNINDRA PGRI)
Saya sangat tertarik sekali dengan pengalaman yang abang miliki dan tertarik juga dengan keilmuan yang abang pernah tempuh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada abang bahwa yang menjadi pertanyaan saya dalah kira-kira menurut abang bagaimana abang melihat dan menilai Agama tersebut serta kelemahannya seperti apa?
Jawab;
Meskipun saya mengambil ilmu perbandingan agama, dengan rasa hormat juga saya tidak akan menilai agama-agama di Indonesia ini, semua agama baik yang menyebabkan kurang baik adalah oknumnya saja. Saya akan mencoba menafsirkan sedikit pada agama yang saya anu saat ini, misalnya dalam beribadah saya orang yang sangat kritis terhadap cara beribadah yang dicampuradukkan dengan tradisi. Begitupula dengan agama anda yaitu ketika zaman nabi muhammad tidak ada zikiran 7 hari kematian, mukul bedug saat mau sholat dan lain sebagainya. Kalau bisa saya bilang “saya adalah orang JILnya agama Konghucu” sambil tertawa dan suara riuh tepuk tangan peserta.
Materi ini pernah disampaikan oleh saudara Kris Tan (Ketum DPP Generasi Pemuda konghucu) dalam diskusi kajian “Kerukunan Antar Umat Beragama” pada bulan November tahun 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar