Jumat, 05 Desember 2014

Wajah Dualisme Pembangunan di Indonesia

Pendahuluan
Saat ini dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju dan beriringan dengan pembangunan dimana-mana yang membentuk peradaban menjadi semakin kompleks, tak terkecuali Indonesia. saat ini saja negara yang memiliki penduduk sekitar 240 juta jiwa ini masuk dalam kategori negara BRITIS (Brazil, Rusia, Indonesia, Tiongkok, India, dan Swiss) yaitu negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia.

Dengan masuknya Indonesia pada jajaran BRITIS maka perekonomian Indonesia terus tumbuh dari tahun ke tahun, hal ini memberikan trend positif terhadap stabilitas perekonomian di Indonesia. Maka tidak salah jika pada tahun 2013 Indonesia menjadi negara terbesar ke 10 penyumbang perekonomian dunia yang tergabung dalam G20, yaitu dibawah USA, China, India, Japan, Jerman, Rusia, Brazil, Prancis, dan Inggris.

Dengan demikian bila diambil kesimpulan dari pertumbuhan ekonominya ini, bukan tidak mungkin tingkat kesejahteraan masyarakat (Guru, Pekerja, Buruh, dll) akan terjamin dan bukan tidak mungkin lagi apa yang termaktub dalam UUD 1945 Pasal 33 tersebut dapat terwujud. Secara teori dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat ini akan turut serta dalam memperhatikan  nominal upah buruh dari tahun ke tahun sehingga kesejahteraan masyarakat (pekerja) terwujud, namun dengan kenaikan tarif harga  BBM, TDL, dan kebutuhan pokok lainnya maka pertumbuhan ekonomi ini bisa menjadi sia-sia karena disebabkan oleh terjadinya disparitas upah nominal pekerja dengan biaya kebutuhan riil yang semakin tinggi. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan kondisi Gini Ratio Indonesia yang terus meningkat menjadi 0,413% (Data BPS 2014), artinya 41,3% kekayaan Indonesia hanya dikuasai oleh 1% orang terkaya. Kondisi seperti inilah yang dimaksud dengan Dualisme Pembangunan. Dualisme pembangunan adalah Dua kondisi yang berbeda, hidup berdampingan dalam masyarakat, satu bersifat superior – lainnya inferior, dalam beberapa hal saling bertentangan (yang satu merugikan lainnya, dan sebaliknya), bersifat kronis (bukan sementara sifatnya).

Lalu Apa sih Dualisme Pembangunan itu??? Secara Umum, dualisme adalah perbedaan antara bangsa kaya dengan bangsa miskin, perbedaan antara berbagai golongan masyarakat yang semakin meningkat. Selanjutnya yaitu mengenai pemaparan materi mengenai unsur-unsur penentu dualisme pembangunan, unsur-unsur yang dimaksud antara lain;
  1. Dua keadaan yang berbeda dimana yang satunya bersifat “superior” dan satunya bersifat “inferior” yang hidup secara berdampingan. Misalnya hidup berdampingannya metode produksi modern dan tradisional pada daerah perkotaan dan pedesaan
  2. Kenyataan hidup yang berdampingan itu bersifat kronis dan bukan transisional, dengan kata lain kemakmuran dan kemiskinan itu bukanlah suatu fenomena yang akan hilang dengan sendirinya
  3. Derajat superioritas dengan inferioritas akan terus meningkat, misalnya tingkat produktivitas Negara maju dengan NSB akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
  4. Keberadaan unsur superior (Negara maju) tersebut hanys berpengaruh kecil atau tidak berpengaruh sama sekali dalam mengangkat unsur inferioritas (NSB). Bahkan realitanya unsur superior seringkali menjadi penyebab keterbelakangan pada unsur-unsur inferior.

Sehingga dengan adanya unsur-unsur penentu dualisme pembangunan tersebut akan membentuk kelompok tersendiri bagi dualisme pembangunan, adapun bentuk-bentuk yang dimaksud adalah sebagai berikut;
  • Dualisme Sosial (Prof. Boeko), menurut teori ini Kemungkinan besar dalam suatu masyarakat terdapat dua sistem sosial yang berbeda, kedua sistem tersebut hidup secara berdampingan namun tidak bisa sepenuhnya saling menguasai . Dualisme ini memiliki  3 ciri , yaitu semangat sosial, bentuk organisasi, dan tekhnologi yang mendominasinya dan Kelompok masyarakat dengan sistem sosial modern (diwarisi dari penjajah Belanda atau dari peniruan sistem sosial negara-negara barat), hidup berdampingan dengan kelompok masyarakat  tradisional (sem sosial asli). Dualisme sosial ini saling bertentangan (rasional vs emosional), misalnya cocok tanam perkebunan vs tradisional, industri modern vs industri tradisional
  • Dualisme Tekhnologi, Suatu keadaan dimana dalam suatu kegiatan ekonomi tertentu digunakan tekhnik produksi dan organisasi produksi yang modern yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan tingkat produktivitas yang sangat besar. Ciri mendasar dari bentuk dualisme ini adalah Industri dengan teknologi modern (capital intensive); Produktivitas tinggi; Contoh industri minyak, pertambangan besar dan Industri dengan teknologi rendah (labor intensive); Produktivitas rendah namun menyerap banyak tenaga kerja. Contoh industri pertanian pangan, rumah tangga, pertanian ekspor dengan teknologi tradisional
  • Dualisme Finansial (Hlya Myint), Dalam pemikirannya, Myint lebih menyoroti masalah lembaga keuangan pada NSB. Menurutnya pasarlah yang melahirkan dualisme finansial, sehingga dualisme ini diartikan kedalam dua golongan, yaitu; (1). adanya pasar uang yang terorganisasi dengan baik dan sempurna. Biasanya tipe ini memiliki akses dengan bank, lembaga keuangan lainnya. (2). Adanya pasar uang yang tidak terorganisir, biasanya pasar uang jenis ini berbentuk tradisional dan konvensional (masyarakat berhubungan dengan rentenir, petani kaya, pemilik modal, pedagang kaya).
  • Dualisme Regional, Dualisme ini adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunanyang terjadi di beberapa daerah dalam suatu negara, ketidakseimbangan ini mengakibatkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi sehingga bisa menimbulkan masalah sosial dan politik, misalnya wilayah maju (pusat negara/ pusat kota/ pusat industri), wilayah terbelakang (pedesaan, pinggiran. (Terjadi karena ketidak seimbangan pembangunan
    DAFTAR PUSTAKA
    Mai, Chandra, dkk. 2012. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Unindra Press.
 Www. ekonomimanajemen.blogspot.com/2011/04/dualisme-ekonomi http://id.wikipedia.org.id/wiki/masalahdualismediunduh 23 November 2014, pukul 21.09.
   Makalah persentasi seminar ketenagakerjaan kerjasama KSPI dan JILAF, Hotel Grand Cempaka Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar