Rabu, 24 Desember 2014

TANTANGAN ABADI GERAKAN BURUH INDONESIA

Sebelum memulai pembahasan ini lebih lanjut, saya pribadi ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada penulis “Seabad Gerakan Buruh Indonesia” Kakanda M.S Hidajat, karena beliaulah saya tertarik menulis kembali apa yang menjadi pembahasannya dalam Bab 3 buku tersebut, tulisan saat ini sebenarnya bukanlah maksud untuk mengcopy secara menyeluruh isi buku tersebut karena saya sendiri sebagai rewrite materi diatas lebih cocok menyebutnya sebagai “resensi” atau ringkasan materi saja. Kedua kalinya saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kakanda Said Ikbal dan Kakanda Rusdi selaku presiden dan  Sekertaris Jendral KSPI yang secara tidak langsung memberikan pemikirannya kepada saya mengenai gerakan-gerakan buruh dan perkembangannya di tanah air ini.
Kiprah perjalanan panjang gerakan buruh dimulai sejak awal kebangkitannya di era tahun 1912 sampai dengan tahun 2000-an ini memang diawali oleh kesadarannya tehadap kemanusiaan dan hidup layak tanpa ada penghisapan terhadap sesama manusia. Dalam perkembangannya berbagai permasalahan yang menjadi tantangan gerakan buruh selama ini. tantangan-tantangan ini sebenarnya bisa saja menghambat gerakannya dalam memperjuangkan nasibnya kearah yang lebih baik. Namun bentuk tantangan yang dihadapi kaum buruh sepertinya “berulang-ulang” dari waktu ke waktu dan bahkan adapula tantangan itu menjadi penyakit kronis dalam tubuh gerakan buruh Indonesia.
Mengutip apa yang menjadi pokok pikiran M.S Hidajat (23:2012) bahwa jika ingin dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh gerakan buruh di Inggris, Jerman, USA, Jepang, Korea Selatan, Australia atau Singapura, maka gerakan buruh yang terdapat di negara kita hanya berjalan ditempat berada di persimpangan jalan, asumsi ini beliau lontarkan dari penilaiannya terhadap gerakan buruh Indonesia sejak 1970-an sampai sekarang (2014) ini.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi oleh kaum buruh Indonesia dalam gerakannya bisa dikategorikan menjadi 8 bagian, yaitu a). Dijadikan sebagai alat politik, b). Perpecahan yang tak kunjung berhenti, c). Kekurangan kualitas dan kuantitas kepemimpinan, d). Kurangnya kesadaran pekerja/buruh (guru, karyawan, dosen, dll) untuk bergabung dalam organisasi serikat pekerja, e). Minimnya kesadaran anggota membayar iuran, f). Kelemahan sumberdaya finansial, g). Memiliki posisi tawar yang lemah, artinya organisasi buruh yang dikenal sebagai serikat pekerja belum memiliki tingkat kekuatan berunding (bargaining strenght) yang memadai ketika berhadapan dengan manajemen perusahaan/pemerintah. Tingkat kekuatan ini bisa disebabkan oleh ketidakpaduan pekerja/serikat buruh dalam suatu perusahaan, minimnya dana, kurangnya solidaritas antarkelompok serikat buruh, dll. dan h). Visi misi yang kurang tajam dan jauh kedepan.
Demikian beberapa tantangan abadi yang menjadi permasalahan gerakan buruh di tanah air, semoga tantangan ini dimaknai sebagai pesan, amanat, dan sekaligus sebagai harapan kepada semua elemen atau eksponen gerakan buruh Indonesia di masa kini dan akan datangnya, dan semoga tantangan ini juga menjadi pemicu semangat gerakan buruh untuk melahirkan suatu terobosan baru dalam memperjuangkan untuk meraih kejayaan gerakan buruh di Indonesia. salam buruh dan salam revolusi!!!!
Daftar Pustaka
Hidajat, M.S. 2012. Seabad Gerakan Buruh Indonesia. Jakarta; Nuansa Aulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar