Mendengar istilah “Embung” mungkin agak asing di pendengaran anda, karena istilah ini kalah tenar dengan beberapa istilah lain dalam dunia pengairan seperti waduk, bendungan, dan lain sebagainya. Secara umum “Embung” diartikan sebagai kolam penampung kelebihan debit air hujan dan air hasil tampungan ini bisa dimanfaatkan saat musim hujan surut alias musim kemarau. Sarana seperti ini sangat cocok bagi daerah kawasan-kawasan sekitaran Sakra baik Barat, Tengah, dan Timur hingga ke berbagai kawasan yang masuk dalam poros Lombok bagian Selatan, kawasan-kawasan ini dikenal dengan daerah yang memiliki sumber air yang minim bila dibandingkan dengan kawasan Aikmel, Labuhan Haji, Pringgesela, dan beberapa daerah subur kawasan Lombok Timur lainnya.
Embung merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi lingkungan pertanian sekitaran kawasan Lombok Timur bagian selatan, termasuk kawasan administratif Desa Surabaya maupun Desa Surabaya Utara. Sarana semacam ini sangat cocok untuk menanggulangi kekurangan air saat musim kemarau tiba, dii kawasan Surabaya termasuk Surabaya Utara sendiri terdapat sebuah penampungan air hujan yang lumayan besar yaitu sekitar 1,50 Ha (hektar), penampungan air ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan “Embung Monte”.
Menurut masyarakat setempat keberadaan Embung ini terbilang cukup lama karena pemanfaatannya hingga berpuluh-puluh tahun dan mampu mengairi lahan persawahan masyrakat sekitar hingga 18 Ha (hektar) . Keberadaan “Embung Monte” ini dulunya terdapat di daerah kawasan administratif Desa Surabaya, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, NTB, namun beberapa tahun yang lalu, desa ini mekar menjadi dua wilayah yaitu Desa Surabaya dan Desa Surabaya Utara. Dengan keberadaan Embung Monte ini, sangat membantu warga dua desa kawasan Kecamatan Sakra Timur, yaitu wilayah Desa Surabaya maupun wilayah Desa Surabaya Utara yang notabenenya bermatapencaharian sebagai petani. Lebih lanjut lagi menurut tokoh pemuda setempat yang tidak mau disebutkan namanya, sarana irigasi semacam ini sangat penting untuk membantu pemerintah dalam upaya pencegahan urbanisasi dari desa ke kota. Disamping itu juga manfaat lain yang sudah dirasakan oleh masyarakat setempat dengan keberadaaan “Embung Monte” ini adalah adanya peningkatan produktivitas produksi masyarakat dalam mengelola lahan pertanian yang dimilikinya, baik saat musim tanam padi maupun tanam tembakau.
Lalu bagaimanakah pengelolaan ideal dari “Embung Monte” ini?? pertanyaan ini memang mendasar dan sangat mudah untuk dijawab namun jika dikaji lebih lanjut maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk membahasnya. Agar supaya masyarakat tidak merasa terbebani dengan pertanyaan ini maka pertanyaan ini pernah dilontarkan dalam sebuah kajian kecil-kecilan pada sebuah forum pemuda setempat yang dimana hasil kajian tersebut sedikit memberikan pencerahan waktu itu. Adapun hasil kajian dimaksud adalah tata pengelolaan “Embung Monte” yang sedikit agak profesional, misalnya dalam memanfaatkannya sebagai tempat wisata ataupun tempat pemancingan umum yang berbayar. Dengan memanfaatkan “Embung Monte” ini secara demikian bukan tidak mungkin akan memberikan pemasukan pendapatan bagi daerah setempat dan jelas sekali dengan adanya pemasukan pendapatan tersebut tentunya akan sedikit mengurangi jumlah pengangguran terdidik pada daerah. Ide gagasan sebagai tempat wisata ataupun tempat pemancingan umum berbayar yang dimaksud tersbut tidak akan berhasil jikalau tidak ada peranan pemerintah, baik setempat, daerah, pusat dan warga sekitar. Oleh sebab itu maka dibutuhkan sekali kerjasama berbagai elemen dasar yang telah disebutkan tadi.
Kedua, Jangan hilangkan kewenangan masyarakat untuk mengembangkan pertaniannya, bukankah akan semakin lebih baik jika pariswisata dan pertanian ini dikembangkan secara bersama-sama.
Salam Maju Untuk Selapuk Batur Tiang....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar