Mendengar istilah ideologi rasanya tak asing bagi anda, karena saya yakin anda pasti pernah mendengarnya dalam kehidupan sehari-hari. Kata ideologi berasal dari dua suku kata yaitu Ideos yang berarti konsep/ide dan logos yang berarti ilmu, bila digabungkan akan memberikan sebuah makna ilmu yang mempelajari ide-ide manusia atau ilmu tentang ide-ide manusia. Menurut Destutt de Tracy mengartikan ideologi sebagai kumpulan ide atau gagasan manusia yang diartikan sebagai sebuah pemahaman atau ide konseptual yang mampu melihat wajah dunia dengan ketertarikannya pada suatu masalah terutama dalam aspek kehidupan sosial serta mampu memecahkannya dalam suatu lembaga kemasyarakata. Lain lagi menurut Lyman Tower Sargent, beliau mengartikan ideologi sebagai sebuah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh sekelompok orang.
Dalam proses perkembangannya terutama jika dilihat dari aspek fungsionalnya, ideologi terbagi menjadi dua kategori yaitu; a). Ideologi doktriner, yang berarti ideologi yang memiliki ajaran yang telah dirumuskan secara sistematis dan terinci secara jelas, lalu ajaran-ajaran ini didoktrinkan kepada masyarakat dengan pelaksaanaan yang diawasi secara ketat oleh aparat yang berkuasa (partai/pemerintah), b). Ideologi pragmatis, yaitu ideologi yang memiliki pengertian sama dengan ideologi sebelumnya namun tidak didoktrinkan kepada masyarakat melainkan melalui lembaga sekolah, keluarga, institusi agama, dan lemabaga kemasyarakatan.
Lalu jika berbicara mengenai sejarah kemunculannya, ideologi tidaklah muncul secara tiba-tiba karena menurut Cheppy Haricahyono ideologi ini muncul di akhir abad 19 yang dicetuskan oleh para pemikir Prancis saat menghadapi revolusi Prancis kala itu, dimana saat itu bisa ditemukan sekelompok pemikir terkesan untuk mendalami “Physical Science” yang berasumsi bahwa perkembangan dalam sebuah pemikiran manusia terhadap kehidupan sosial politiknya sangatlah penting bahkan kehidupan tersebut disejajarkan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu kealaman. Perkembangan selanjutnya mengenai ideologi ini menurut Cheppy adalah dipakai untuk menyebut hasil penemuan para pemikir dalam mengkaji berbagai hal tentang pokok persoalan dalam kehidupan sosial politik manusia.
Pada bagian lain, sejarah kemunculan ideologi ini dilatarbelakangi oleh pemikiran Karl Marx yang dikenal dengan istilah Marxisme. Menurut Karl Mark sendiri, ideologi diartikan adalah segala macam ide yang muncul sebagai sebuah produk/hasil dari suatu lembaga kemasayarakatan yang dimana lembaga kemasyarakatn ini merupakan produk dari sebuah refleksi atas kekuatan-kekuatan yang menguasai alam semesta ini. lebih lanjut lagi mengenai pandangan Karl Marx dalam memaknai sebuah ideologi adalah sebuah ajaran yang diciptakan oleh sekelompok masyarakat yang paling dominan kemudian dengan dominasi tersebut ia melindungi kepentingan ekonominya. Dengan kata lain bahwa ideologi sengaja diciptakan untuk diajarkan kepada kaum tertindas agar kesadarannya tetap terkontrol dari kaum dominan untuk menjaga kekuasaannya tanpa terusik dan kemarahan dari kaum pekerja ataupun proletar.
Dalam perkembangannya di dunia terdapat berbagai macam ideologi lahir dari para pemikir-pemikir dunia dan menjadi anutan masyarakat pada berbagai negara di belahan dunia serta dalam proses perkembangannya juga ideologi-ideologi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda namun masing-masing ideologi tersebut hampir memiliki kesamaan dalam prinsip pokoknya, dimana menurut Gilbert Abcarian dan George S. Massanat prinsip pokok dari masing-masing ideologi adalah sebagai berikut;
a. Perceptual Selectivity, yaitu; semua ideologi hanya melihat beberapa aspek kekuasaan politik secara terbatas, dan tidak mencoba melihatnya dari segi keseluruhannya, misalnya dalam ideologi politik cenderung memotong dan melakukan pembatasan terhadap setiap peristiwa dalam percaturan politik artinya ideologi yang ada tidak saja membatasi tetapi terkadang memutarbalikkan fakta.
b. Rationality, yaitu; salah satu karakteristik ideologi politik yang menunjukkan apakah sebuah ideologi yang bersangkutan cenderung mempertahankan status quonya atau lebih berorientasi pada suatu sistem yang relatif baru.
c. Scripturalism, yaitu; semua ideologi yang selalu bertolak belakang dari pemikiran yang telah dituangkan dalam sebuah tulisan, dimana tulisan tersebut oleh penganutnya dianggap memuat sebuah kebenaran yang harus diikuti dan bahkan dianggap sebagai semi religius atau disakralkan. Misalnya ideologi marxisme dari Karl Marx, Stalinisme dari Stalin, Demokrasi dari JJ Rousseau, dan Marheinis dari Soekarno.
d. Normative Certitude, yaitu ; berkaitan erat dengan moral sense, dimana dalam suatu ideologi politik moral sense ini mampu menumbuhkan perasaan terlibatnya para pengikut terhadap seperangkat prinsip dasar yang validitasnya telah dibuktikan oleh berbagai tantangan yang ada.
e. Transcendentalism, yaitu; sesuatu yang dikatakan sebagai sebuah ideologi manakala dapat memberikan dan menjadikan perasaan-perasaan pengabdian dan pengorbanan bagi segenap aktivitas pengikutnya, sehingga sebuah ideologi itu mampu memberikan suatu visi transedental kepada pengikutnya.
Daftar Pustaka
Rohman, Arif. 2012. Membebaskan Pendidikan; Refleksi Menuju Penyelenggaraan Demokrasi Pendidikan di Indonesia. Jogjakarta: Aswaja Presindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar